Blog •  15/06/2020

250 Hektar Jagung Siap Panen Hancur Digerogoti Tikus, Petani Kehilangan Separo Penghasilan

Something went wrong. Please try again later...

BOJONEGORO | duta.co – Kepala Dinas Pertanian (Diperta) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro Helmy Elizabeth mengatakan, hama tikus memamg sedang menyerang sebagian areal tanaman jagung di Kecamatan Sugihwaras Bojonegoro.

Padahal lahan jagung itu akan memasuki masa panen. “Serangan hama tikus masih ringan, dengan intensitas duapuluh satu persen. Sudah dilakukan gerakan pengendalian serta petani jagung masih bisa panen,” katanya, Minggu (14/06/2020).

Diketahui serangan hama tikus menganggu produksi jagung yang biasanya dipanen satu hektarnya mendapatkan tujuh ton, menjadi 3,5 ton.

Apalagi saat ini di tengah cuaca tak menentu. Data dari Pengendali Organisme Penganggu Tumbuhan (POPT) Diperta Pemkab Bojonegoro di Kecamatan Sugihwaras menyebutkan lahan jagung yang diserang dan terancam tikus di daerah lumbung jagung itu mencapai seluas 250 hektar (Ha) di lima desa. Diantaranya Desa Bareng, Drenges, Glagahan, Alasgung dan Wedoro.

“Untuk tahap awal kami kendalikan serangan hama tikus di satu desa,” kata Kepala POPT Diperta Pemkab Bojonegoro di Sugihwaras Pujiono. Lahan jagung itu di Desa Bareng dengan luas mencapai 25 hektar.

Upaya pengendalian sudah dilakukan pihaknya bersama Diperta dengan petani melalui pembasmian tikus dengan obat si darat produksi PT Petrokimia Gresik Group, secara serentak.

Setidaknya, dari 25 hektar yang diserang hama tikus di Desa Bareng, dapat teratasi dan menyusul 225 hektar yang terserang hama tikus di empat desa lainnya. Sehingga pengendalian hama tikus dilakukan di lahan lainnya.

Majid (50) petani di Desa Drenges Kecamatan Sugihwaras Bojonegoro mengatakan, produktivitas lahan jagungnya menurun karena tikus. Hampir separo dari 1,4 hektar lahan miliknya diserang tikus sehingga hanya dapat menghasilkan jagung kurang dari empat ton.

Padahal, apabila tikus terkendali, lahan jagungnya dapat panen sampai delapan ton jagung. “Tahun ini tikus memang lebih banyak,” katanya.

Meningkatnya serangan hama tikus, akibat kemarau basah dan udara yang lembap. Serangan merata di seluruh desa di Sugihwaras, bahkan petani bertambah biaya pengeluaran untuk memberantas tikus, yakni menabur kapur barus dan membersihkan batang tanaman jagung dengan kain basah yang dibasahi dengan cairan sabun molto.

Sejumlah petani disana, yang biasanya memanen jagung dalam usia 120 hari, akhirnya memanen jagungnya dalam usia 80 hingga 90 hari, hal itu akibat serangan hama tikus yang merata terjadi di Kecamatan Sugihwaras.

Sabar (58) dan Priyanto (42), dua petani itu menyebutkan, hujan pada siang atau sore menambah kelembapan. Kondisi itu memicu perkembangbiakan tikus. Sebagian jagung usia 70 hari di desanya rusak karena serangan hama tikus.

“Kami sebagai petani jagung, telah diimbau untuk mewaspadai ancaman serangan hama tikus, lalu bagaimana lagi. Hama tikus sudah terlanjur menyerang seperti ini,” katanya.

Sumber: Duta.co