Blog •  26/02/2020

Corteva Siap Terjun ke Industri Benih Padi Hibrida

Something went wrong. Please try again later...

Bisnis.com, JAKARTA - Corteva Agriscience akan mencoba peruntungan di Indonesia dengan memasuki bisnis benih padi hibrida. Rencananya pada akhir tahun ini, mereka akan merilis galur benih pribadinya.

Sebelumnya, Corteva Agriscience kuat dengan produksi benih jagung hibrida. Setiap tahun, perseroan dapat memproduksi 14.000 ton benih jagung hibrida dan memegang 32% pangsa pasar Tanah Air. Mulai tahun ini mereka akan melebarkan sayapnya untuk menjangkau pasar benih padi hibrida.

Chief Executive Officer Corteva Agriscience, Jim Collins bahkan sampai terbang ke Indonesia. Lalu bertandang ke istana wakil presiden untuk bertemu Jusuf Kalla. Disana dia mengemukakan visi dan misi perusahaan benih itu untuk ikut membangun ketahanan pangan nasional.

Jim optimistis dengan membangun benih hibrida di Indonesia dapat ikut membantu produksi beras dalam negeri. Optimistis tersebut berdasar pada pengalaman sebagai pionir dalam bisnis jagung hibrida.

"Benih padi hibrida adalah solusi untuk kita kembangkan. Lahan tidak mungkin bertambah luasnya, tapi produktivitas harus ditingkatkan. Itu pun supaya pendapatan petani dan produksi bisa sama-sama naik," katanya dalam diskusi terbatas di kantornya, Selasa (19/3/2019).

Jim akan melakukan pola promosi yang serupa dengan di India dan Filipina supaya petani mengadopsi benih hibrida. Selain itu juga akan ada kerjasama dengan petani dan edukasi.

Kantor cabang di Karawang yang selama ini dijadikan riset dan penelitian bagi jagung hibrida akan disulap supaya bisa menghasilkan padi hibrida yang sesuai dengan kebutuhan petani dalam negeri. Jim menargetkan setidaknya benih hibrida hasil perseroan bisa meningkatkan produksi 20%.

"Kami telah menyuplai benih jagung kepada 7,5 juta petani disini dengan meningkatkan produktivitas tanaman sampai 20%. Hal itu juga yang kami sasar untuk benih padi," ungkapnya.

Sementara itu Managing Director ASEAN Corteva Agriscience Farra Siregar menambahkan rata-rata produktivitas di Indonesia hanya sekitar 5 ton/ha. Dengan menggunakan benih hibrida dia optimistis produksi bisa bertambah sampai 7 ton/ha.

"Kemungkinan dengan benih hibrida akan ada tambahan produksi 1-2 ton/ha. Kami akan mencoba melakukan riset dan membuka produksi benih itu disini. Jadi sejalan dengan visi pemerintah untuk menciptakan ketahanan pangan," katanya.

Tapi, perseroan pun membutuhkan bantuan dari pemerintah supaya investasi yang dilakukan bisa berjalan mulus. Misalnya dengan perijinan importasi benih sampai dengan 2022.

Sumber: Bisnis