Blog •  04/12/2019

Efektif Atasi Penyakit Padi, Kementan Kenalkan Pengendali Hayati

Something went wrong. Please try again later...

Suara.com - Untuk menjamin dan meningkatkan produksi padi dari ancaman hama penyakit, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen membantu petani melalui Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT). Lembaga ini memperkenalkan Paenibacillus polymyxa sebagai pengendali hayati yang telah dikenal petani untuk mengendalikan beberapa penyakit pada tanaman padi.

Koordinator Petugas OPT di BBPOPT, Wayan mengatakan, Paenibacillus polymyxa sudah dimanfaatkan oleh petani sejak 18 tahun yang lalu sebagai bakteri antagonis Corynebacterium, yang bermanfaat untuk mengendalikan penyakit kresek/Hawar Daun Bakteri (HDB).

"Paenibacillus polymyxa merupakan hasil eksplorasi tim agens hayati Balai Besar Peramalan Organisme Penganggu Tumbuhan, Jatisari, Karawang pada 1996, atas keprihatinan terhadap kerusakan, kehilangan hasil oleh penyakit, serta belum adanya sarana pengendalian yang ramah lingkungan," ujar Wayan, di Karawang, Rabu (8/10/2019).

Ia menambahkan, bakteri ini dieksplorasi dari tanaman yang sehat di antara tanaman yang terserang hawar daun bakteri. Tim hayati BBPOPT melakukan identifikasi secara morfologi terhadap bakteri ini, dan hasil identifikasi pada saat itu adalah Corynebacterium sp.

"Seiring berjalannya waktu, dilakukan identifikasi ulang terhadap Corynebacterium sp dengan hasil teridentifikasi bahwa bakteri yang selama ini diidentifikasi Corynebacterium adalah Paenibacillus polymyxa. Hasil identifikasi ini telah memperkuat hasil identifikasi dari Balai Besar Biogen Bogor pada tahun 2009," jelasnya.

Cahyadi, salah seorang Petugas OPT di BBOPT yang menjadi salah satu tim eksplorasi saat itu mengungkapkan, Paenibacillus polymyxa juga cukup efektif untuk mengendalikan penyakit blas pada padi. BBPOPT sudah pernah mencoba menerapkan model penanganan daerah penyakit endemis blas dengan menggunakan Paenibacillus polymyxa hingga 25 hektare di Kabupaten Purwakarta.

"Dengan 4 kali aplikasi saja, sudah mampu menekan intensitas serangan dari 15,11 persen menjadi 0 persen," ucapnya.

Saefudin, petani asal Kampung Babakan, Lemah Abang, Karawang mengungkapkan, membudidayakan Paenibacillus polymyxa hingga siap aplikasi, menurutnya cukup mudah dilaksanakan petani. Untuk membuat 1 liter Paenibacillus polymyxa siap aplikasi, hanya membutuhkan 300 gram kentang , 1 gram gula dan 1 liter air.

"Bahan-bahani ini kemudian dibuat menjadi ekstrak kentang gula dengan cara direbus dan diambil airnya. Setelah dingin, kemudian isolat/starter Paenibacillus polymyxa dicampur kedalam EKG tersebut dan diinkubasi selama 14 hari dengan menambahkan udara dari aerator," terangnya.

"Manfaatkan agens pengendali hayati Paenibacillus plymyxa ini dengan dosis 5 ml per liternya. Ingat, model ini dimulai dari seleksi benih sampai umur tanaman 8 Minggu Setelah Tanam (MST)," tambah Saefudin.

Sumber: Suara