Blog •  18/10/2021

Harga Jagung Kering Sentuh Rekor Tertinggi

Something went wrong. Please try again later...

Tabanan (bisnisbali.com) – Sempat mengalami penurunan ke level Rp 5.300 dari posisi Rp 6.000 per kilogram sebelumnya, saat ini harga jagung kering (jagung untuk pakan ternak) kembali meningkat. Kenaikan kali ini bahkan mencapai rekor tertinggi yaitu menembus Rp 6.100 per kilogram di tingkat pabrikan.

Sebelumnya lonjakan harga jagung sempat dikeluhkan oleh peternak secara nasional. Presiden Joko Widodo sampai turun tangan memerintahkan Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan untuk menyediakan 30.000 ton jagung bagi peternak ayam dengan harga di bawah harga pasar, yakni Rp 4.500 per kilogram pada pertengahan September lalu. Ditambah adanya musim panen jagung di tingkat nasional, hal tersebut tidak banyak berpengaruh pada harga jual pakan sehingga para peternak semakin terpukul dengan meningkatnya biaya produksi saat ini.

Peternak ayam petelur, Darma Susila, di Desa Buruan, Tabanan, Minggu (17/10) menyampaikan harapan peternak terhadap harga jagung kering untuk bisa membeli di kisaran stabil sesuai wacana pemerintah tampaknya pupus. Menurutnya, sebelum pemerintah turun tangan, harga jagung kering tertinggi berada di kisaran Rp 6.000 per kilogram. Setelahnya, harga pasar jagung kering hingga turun ke angka Rp 5.300 per kilogram.

“Penurunan harga jagung kering hanya bertahan selama dua minggu. Setelah itu atau sekitar awal Oktober tren harga jagung di tingkat pabrikan berbalik arah atau mengalami kenaikan,” jelasnya.

Kenaikan harga jagung kering terjadi secara bertahap sejak awal Oktober lalu. Bahkan, dalam sehari bisa dua kali melonjak hingga Rp 100 per kilogram. Tren peningkatan terus terjadi hingga akhirnya menyentuh level Rp 6.100 per kilogram sekaligus rekor tertinggi saat ini.

Harga jagung kering yang makin mahal memukul peternak ayam petelur. Sebab, kini harga pakan pabrik untuk jenis konsentrat sebagai campuran bahan baku cukup tinggi, yakni Rp 430 ribu hingga Rp 450 ribu per sak (50 kilogram), sedangkan dedak berada di level Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kilogram.

Menurutnya, lonjakan biaya pakan tersebut tidak dibarengi harga produksi (telur) yang justru melesu, yaitu berada di kisaran Rp 14 ribu per kilogram atau Rp 27 ribu hingga Rp 30 ribu per krat. “Serapan pasar untuk telur ayam lesu. Akibatnya, banyak telur yang menumpuk di gudang karena tidak maksimal bisa disalurkan,” ungkapnya.

Darma Susila menduga makin mahalnya harga jagung kering karena di tengah menurunnya populasi sekaligus produksi di tingkat peternak kerakyatan tidak bisa menanggung biaya usaha yang mahal. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak pabrikan dengan menambah jumlah populasi ternak sehingga membuat kebutuhan akan pakan tetap tinggi. Selain itu, panen raya jagung kering secara nasional dan tidak adanya izin impor kemungkinan dimanfaatkan oleh sejumlah spekulan untuk menyetok. Akibatnya, harga jagung kering saat panen ini tidak berpengaruh terhadap penurunan harga.

Sumber: bisnisbali