Blog •  21/02/2020

Kementan Siap Fasilitasi Agropreneur Milenial Terjun di Bidang Pertanian

Something went wrong. Please try again later...

Trubus.id -- Kementerian Pertanian (Kementan) menilai, perkembangan agropreneur di masa depan akan sangat bergantung pada partisipasi generasi milenial Indonesia. Untuk itu, Kementan menyatakan pihaknya siap untuk memfasilitasi dan mendukung para agropreneur milenial yang ingin bergerak di berbagai bidang pertanian, dari hulu hingga ke hilir.

“Saat ini, masih banyak peluang bisnis di sektor pertanian yang belum terjamah oleh para agropreneur. Seperti yang diamanahkan oleh Undang-undang No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban memfasilitasi pembiayaan dan permodalan Usaha Tani. Jadi kami siap mendukung para agroprenuer muda untuk berkiprah di berbagai bidang pertanian,” jelas Direktur Pembiayaan Pertanian, Sri Kuntarsih, dalam sesi pertama “Diskusi & Sharing Perkembangan Agrotech di Indonesia”, baru-baru ini.

Sementara itu, pembiayaan pertanian ditargetkan untuk sejumlah usaha, seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, hingga pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Untuk mendapatkan marjin keuntungan usaha yang besar, pelaku usaha diupayakan tidak hanya bergerak di bagian produksi saja, tapi juga turut terlibat di tahapan pengolahan dan pemasaran.

“Nilai jual tinggi bisa didapat jika pelaku usaha turut mengolah bahan baku pertanian, seperti Virgin Coconut Oil (VCO) yang berbahan baku dari kelapa. Harga VCO berkali-kali lipat bila dibandingkan dengan harga bahan bakunya,” kata Sri.

Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, Kementan saat ini sedang menggiatkan pengembangan model korporasi petani yang memungkinkan pelaku usaha tani terlibat dalam proses usaha dari produksi hingga pemasaran. Menurut Sri, langkah ini strategis untuk pembangunan sektor pertanian ke depan.

“Hanya dengan model usaha skala besar, maka usaha tani bisa lebih efisien dan menguntungkan untuk pelakunya," katanya.

Sri mengungkapkan, berdasarkan data penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), telah terjadi peningkatan penyaluran KUR pada sektor pertanian. Walau demikian, realisasinya masih lebih rendah dibandingkan sektor pertanian perdagangan, demikian pula dengan sektor produksi.

Pada 2018, penyaluran KUR Pertanian mencapai Rp27,6 triliun, meningkat dibandingkan tahun 2017 yang berada di kisaran Rp23 triliun. Namun menurutnya, nilai tersebut masih jauh di bawah KUR perdagangan yang mencapai Rp64 triliun pada tahun 2018.

“Pertanian, selama ini dikenal sebagai usaha dengan risiko tinggi bagi perbankan. Tapi sebetulnya risiko tersebut bisa ditekan, jika ada pendampingan dan pengawalan intensif. Ini juga bisa menjadi peluang bagi kawan-kawan agropreneur,” terangnya.

Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP), Retno Sri Hartati Mulyandari, juga mengatakan pentingnya pendampingan teknologi bagi para petani di level bawah.

“Secara sosiokultural, petani kita sulit bersentuhan dengan teknologi, sehingga dibutuhkan social agropreneurship yang bisa menjembatani para petani dengan teknologi,” ujarnya.

Menurut Retno, Kementan memiliki berbagai inovasi yang bisa digunakan oleh para agropreneur. Menurutnya, teknologi merupakan kunci untuk meningkatkan efisiensi usaha tani.

“Inovasi dan daya saing saling terkait erat dan untuk menghasilkan inovasi unggul menghadapi revolusi industri 4.0 dan persaingan global. Kami memperkuat diseminasi inovasi dan teknologi yang dimiliki Balitbangtan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) kepada para stakeholders,” kata Retno.

Sumber: Trubus