Blog •  29/03/2022

LUAR BIASA, Diguncang Pandemi Covid 19, Pertanian Indramayu Tidak Goyah

Something went wrong. Please try again later...
© petani.* /kabar-priangan.com/Asep MS
© petani.* /kabar-priangan.com/Asep MS

CIREBONRAYA - Pertanian, mungkin salah satu sektor yang sangat kecil terkena dampak pandemi Covid 19. Bahkan ketika pandemi berlangsung, saat berbagai sektor pembangunan mengalami krisis, pertanian justru terlihat tambah kuat.

Apalagi ketika masyarakat kini justru cenderung lebih berorientasi pada kebutuhan dasar di saat krisis ekonomi terjadi akibat pandemi, maka petani justru tengah menikmati keuntungan.

Karena itu, pandemi nyaris tidak melunturkan pesona pertanian sebagai primadona. Bahkan mungkin, pertanian, salah satu sektor yang masih bisa meraup keuntungan di tengah pandemi.

Wakil Sekertaris Jendral Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jabar, H Sutatang mengungkapkan bagaimana petani menikmati berkah ketika masyarakat lebih berorientasi pada kebutuhan dasar, diantaranya pangan di saat krisis akibat pandemi.

"Di sektor pertanian seperti di Indramayu, dampak pandemi sangat kecil bagi petani. Artinya kemampuan produktif petani tetap terjaga," tutur dia, Sabtu, 2 Maret 2022.

Sutatang yang juga Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu menuturkan, untuk pertanian tanaman padi, Indramayu justru terus mengalami peningkatan produksi.

"Saya kira ini juga terjadi di hampir daerah sentra pertanian," tuturnya.

Di Indramayu, meski banyak areal sawah yang berkurang akibat perluasan pemukiman, namun prosentasenya sangat sedikit. Apalagi, areal sawah produktif di Indramayu, telah diproteksi dengan Undang Undang Ketahanan Pangan.

"Indramayu diproyeksikan sebagai sentra pangan. Sawah diproteksi oleh undang undang. Alih fungsi sawah ke penggunaan lain di luar pertanian sangat ketat aturannya," tutur Sutatang.

Diakui, mulai ada sejumlah industriu berdiri di Indramayu, namun diarahkan lebih ke lahan pertanian yang masuk kategori tidakproduktif dan lahan kritis.

"Kalau yang kategori pertanian teknis, tidak diijinkan," tutur Sutatang.

Dalam soal cakupan lahan, Indramayu justru mengalami kebalikan. Dalam beberapa tahun terakhir, areal pertanian bukannyua berkurang, justru makin bertambah.

Data di Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Dispertan) setempat, lahan baku yang digunakan untuk areal pertanian seluas 116.000 hektare. Tersebar di wilayah utara, tengah hingga selatan Indramayu.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, ada tambahan 20.000 sampai 30.000 hektare areal pertanian. Tambahan lahan ini setelah ada pemanfaatan lahan milik Perum Perhutani melalui sistem tumpang sari dengan tanaman hutan.

Sedikitnya, lahan eksisting yang ditanami di Indramayu, kini mencapai sedikitnya 136.000 ha, termasuk dengan tambahan setelah dibukanya lahan pertanian di areal perhutani.

Rata-rata produksi tiap tahun juga naik, meski di kisaran 2 sampai 3 persen. Data terakhir, rerata produksi pertanian atau gabah di Indramayu, mencapai 7 - 8 ton/ha atau sekitar 7,5 ton.

Faktor cuaca sangat mempengaruhi pola tanam. Di Indramayu, bisa dikatakan sepanjang tahun selalu ada petani yang panen tanaman padi.

Jika dulu ada istilah tanam serentak, seiring perubahan cuaca dan iklim, tanam serentak sudah tidak ada lagi. Petani bisa tanam dan panen sepanjang tahun.

"Dalam beberapa tahun ini, terjadi tren prubahan musim. Di tengah kemarau, masih sering turun hujan. Ini merangsang petani untuk terus menanam sepanjang tahun. Bisa ada yang 3 kali tanam," tutur Sutatang.

Ditambah lagi, fasilitas air irigasi jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Terutama setelah beroperasinya Waduk Jatigede yang membuat petani bisa memperoleh air sepanjang tahun.

"Dibukanya lahan di areal perhutani juga karena ketersediaan air yang relatif mencukupi," tutur Sutatang.

Total produksi pangan (gabah) di Indramayu mencapai 1,3 sampai 1,5 juta juta ton, atau sekitar 1 sampai 1,3 juta ton setara beras.

"Yang dialami petani sekarang itu hanyalah jumlah keuntungan. Besar atau kecil. Dan ini sangat bergantung dengan saprotan seperti pupuk dan obat-obatan. Kalau pupuk dan obat naik, keluhan petani ialah pada berkurangnya keuntungan," tutur Sutatang.***

SUMBER: CIREBON RAYA