Blog •  12/10/2021

Lamhot Sinaga Bantu Petani Tingkatkan Produktivitas Melalui Pemberian Mesin Pemipil Jagung

Something went wrong. Please try again later...

TRIBUNNEWS.COM, SUMUT - Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Sumatera Utara II Lamhot Sinaga membantu petani jagung untuk meningkatkan produktivitas melalui pemberian mesin pemipil jagung di desa Parsuratan, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara.

Pemberian mesin pemipil ini untuk mengimbangi luasan lahan jagung sebesar 3000-5.000 hektar, khususnya, di Kabupaten Danau Toba dan tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba pada umum.

Sehingga, luasan lahan tersebut ditunjang oleh produktivitas petani dalam memipil jagung yang saat ini masih dilakukan secara manual.

“Persoalannya adalah masyarakat di sekitar Danau Toba ini memipil jagung masih manual. Jadi, tidak sama antara luasan jagung dengan produktivitas pemipil jagungnya. Jadi kapasitas produksi di tingkat petani sangat rendah,” ujar Lamhot usai memberikan lima unit mesin pemipil jagung dalam rangka reses DPR RI Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021-2022, Senin (11/10/2021).

Lamhot menjelaskan jika rata-rata tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba ini memiliki luasan 3.000 hektare jagung, berarti total terdapat 21 ribu hektare lahan yang siap dipakai untuk memproduksi jagung.

Jika satu hektar mampu hasilkan enam ton dengan kapasitas mesin bekerja enam jam per hari, maka enam ton tersebut dikali luas lahan 21 ribu hektare, bisa hasilkan 126 ribu ton per hari.

“126 ribu ton hanya dari kawasan Danau Toba saja. Tapi persoalannya adalah itu dari sisi luasan lahan. Belum pada produktivitas petaninya dalam memipil jagung. Hitungan saya begitu saja,” ucap politikus Partai Golkar ini.

Lamhot menilai potensi untuk meningkatkan produktivitas jagung di masyarakat sekitar Danau Toba ini sangat luar biasa.

Sebab, bertani jagung bagi masyarakat di daerah tersebut adalah suatu kegiatan turun-temurun yang sudah dilakukan sejak lama oleh para petani tersebut.

“Sehingga, saat harga jagung sekarang yang sedang bagus karena bertepatan dengan momentum pemerintah setop importasi jagung, maka komoditas jagung ini akan menjadi komoditas unggulan di daerah ini. Selain komoditas lain yang sudah berjalan dengan baik sejauh ini,” ujarnya.

Lamhot menambahkan, sebelum terjadi setop importasi, harga jual  jagungdi tingkat petani hanya Rp 2.500-3000 per kilogram.

Namun, setelah terjadi setop importasi, harga langsung naik di kisaran Rp 5.000.

Hal itu berarti hampir naik dua kali lipat semenjak importasi disetop beberapa waktu lalu.

“Itu niat saya dan saya akan usahakan sampai Bulan Desember sampai 1000 mesin. Saya akan fokus bantu kawasan Danau Toba ini di tujuh kabupaten in. Target saya untuk kebutuhan nasional paling tidak ¼ ton yang bisa dikontribusikan. Jadi, itulah tentang jagung yang bisa saya jelaskan kenapa jagung,” tutup Lamhot.

Adapun pemberian mesin pemipil jagung ini hasil dari kerja sama dengan beberapa BUMN, seperti PT Inalum, PT Indofarma, dan PTPN III dan IV. Ke depan, Lamhot berupaya agar beberapa pihak seperti SKK Migas dan Bank BRI bisa terlibat dalam program CSR tersebut. 

Sumber: TRIBUNNEWS