Blog •  08/03/2021

Lebih Menguntungkan, Petani Saguling Pilih Budidayakan Jagung Hibrida

Something went wrong. Please try again later...
© Foto : heni/dara.co.id
© Foto : heni/dara.co.id

DARA| BANDUNG - Para petani yang berada di wilayah Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sudah cukup lama bertani jagung hibrida. Mereka memilih jagung varietas hibrida, karena kapasitas produksinya yang tinggi serta pangsa pasarnya cukup terbuka

Oman Permana (54), warga Kampung Pasir Aul, Blok Cimuncang RT 01 RW 05 Desa Jati, salah seorang petani yang beralih membudidayakan jagung varietas hibrida.

“Kalau dibandingkan dengan nyawah (menanam padi), hasil nanam jagung hibrida, jauh lebih unggul,” ujarnya, saat ditemui di kediamannya, Minggu (7/3/2021).

Dulu, sebelum dirinya mengenal kelebihan jagung hibrida, lahan miliknya cuma ditanami padi. Setelah mencoba beralih ke jagung hibrida, ternyata hasilnya lumayan jauh menguntungkan.

Satu kilogram jagung kering, bisa dijual seharga Rp3.000-Rp3.500. Itupun jika dijual sama bandar, yang menjadi pelanggan para tani disana.

Selama setahun, ia bisa memanen dua kali dari lahan yang digarapnya seluas 3 petak atau sekitar 2.100 meter persegi mampu menghasilkan jagung 1,2 ton. “Yah, lumayanlah untuk kebutuhan hidup sehari-hari,” ungkapnya.

Menurut Oman, secara global biaya produksi jagung hibrida bisa ditekan lebih minim. Berdasarkan pengalamannya selama membudidayakan jagung hibrida, biaya produksi hanya menghabiskan sekitar 30 persen dari hasil panennya.

Berbeda dengan menanam padi, biaya produksinya bisa menghabiskan 50 persen dari hasil panen. “Perawatannya juga tidak ribet, berbeda dengan padi harus benar-benar dirawat melalui tahapan demi tahapan,” jelasnya.

Sejak ditanam, jagung hibrida hanya dua kali mendapat perawatan untuk membersihkan rumput di sekitar tanaman. Itupun perawatan yang dilakukan cuma melakukan penyemprotan pada rumput di sekitarnya.

Berbeda dengan tanaman padi, ada beberapa proses perawatan apabila hasilnya ingin maksimal. Tentu saja, memerlukan tambahan biaya, salah satunya membayar upah buruh.

“Jadi selama kita menanam jagung hibrida, biayanya selain untuk penyemprotan, ya untuk bibit. Harga bibit sekilonya sekitar Rp90 ribu-an,” jelas Oman.

Sumber: DARA