Blog •  17/03/2021

Limbah Pertanian Tongkol Jagung Diklaim Bisa Menjadi Biomasa Mendukung CO-Firin

Something went wrong. Please try again later...
© POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
© POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Dosen Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang, Jemseng C. Abineno, STP, M.Sc, mengaparesiasi langkah PLN dan Undana dalam mengembangkan energi terbarukan memanfaatkan bahan baku dari pertanian sebagai energi pembangkit listrik.

Menurutnya hal tersebut merupakan sebuah upaya memulai penggunaan energi terbarukan akibat kersediaan energi fosil semakin berkurang. 

Dikatakannya, hasil tesis dan penelitiannya beberapa kali dengan memanfaatkan bahan dari hasil pertanian membuktikan adanya energi yang dihasilkan berpotensi besar untuk digunakan sebagai energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM).

Terkait dengan penggunaan bahan baku dari tiga jenis tanaman Kaliandra, lamtoro dan gamal yang di tawarkan Undana, dirinya  merekomendasikan agar menggunakan limbah pertanian yang diakuinya sangat tersedia di NTT. 

"Kalau kita tanam, butuh puluhan hektar dan kita mau tanam di mana. Limbah Pertanian cukup banyak" ujar ketua Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering di Politani Kupang itu, Senin (15/3/2021). 

Abineno pun membeberkan sejumlah tesis dan penelitiannya terkait limbah pertanian yang diklaim bisa menjadi bahan baku dalam pengembangan energi terbarukan tersebut.  

Dari hasil yang ia teliti, di ketahui limbah pertanian seperti tempurung kelapa, tongkol jagung, sekam padi, tempurung kemiri dan tempurung sawit, bisa menjadi bahan alternatif dalam pengembangan program tersebut. 

Menurutnya, program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang dikerjakan oleh pemerintah Provinsi NTT, bisa di manfaatkan sebagai penyumbang bahan baku selain menggunakan tiga bahan baku yang di siapkan. 

"Tongkol jagung sangat berpotensi menjadi bahan baku biomassa karena mampu diubah menjadi Syntesis Gas (Syngas) melalui proses gasifikasi" jelas lulusan S2 Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu.   

Hal ini menurutnya, sejalan dengan Program TJPS yang akan menghasilkan limbah tongkol jagung yang sangat besar. Di samping budidaya tiga tanaman tersebut, limbah-limbah dari tempurung kelapa, tempurung kemiri juga dapat  dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam rencana ini.

Di NTT sendiri, dikatakan Abineno, sangat memungkinkan dalam mengembangkan energi alternatif untuk PLN. Pasalnya, menurut dia, ketersediaan limbah pertanian dan tiga jenis tanaman cukup banyak.

Meski demikian, ia juga mengakui jika menggunakan bahan limbah pertanian, wajib memiliki klasifikasi tertentu agar mengurangi kelebihan oksigen ketika di lakukan pembakaran. 

Ia berharap agar ketersediaan bahan baku mesti disiapkan secara baik dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, sebelum menjalankan program tersebut. Hal ini agar mengantisipasi terjadi kemacetan apabila proses ini telah di jalankan.

"Kalau di gunakan limbah, bisa kerjasama dengan program TJPS, kerjasama dengan penggilingan padi. Sehingga bisa juga mendukung program  Gubenur NTT" tandasnya.

Selain itu, ditambahkan Abineno, program ini segera dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, terutama masyarakat agar program ini dapat berjalan sesuai harapan.

Sebelumnya, Pusat listrik negara (PLN) unit induk wilayah (UIW) Nusa Tenggara Timur (NTT) bertekad untuk menggunakan sumber daya alam di NTT untuk mengganti bahan bakar mesin pembangkit listrik menggunakan energi terbarukan.  

Hal ini dikatakan, general manager (GM) PLN UIW NTT, Agustinus Jatmiko dalam acara ngobrol asyik di kantor pos Kupang,  Rabu (10/3/2021) lalu. 

Ia mengatakan, dalam program ini, pihak PLN akan bekerja sama dengan universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang sebagai penyedia bahan baku dalam pengembangan energi terbarukan tersebut. 

Rektor Undana, Prof. Fred Benu, yang menyambut baik rencana ini, mengatakan pihaknya akan menyediakan bahan baku dari tanaman lamtoro, kaliandra dan gamal untuk mendukung program tersebut. 

Fred Benu juga menjelaskan, Undana akan menyediakan bahan baku tersebut melalui pembelian dari masyarakat umum maupun melalui pengembangan yang dilakukan sendiri oleh Undana di lahan pertanian milik kampus.

Sumber: POS-KUPANG