Blog •  16/03/2020

Membedakan Penyakit Layu Karena Jamur dan Bakteri

Something went wrong. Please try again later...

Penyakit tanaman bisa disebabkan karena bakteri, jamur dan virus. Gejala serangan jamur dan bakteri paling mudah diamati secara kasat mata dibandingkan gejala yang ditimbulkan oleh virus.

Untuk memastikan serangan jamur dan bakteri masih bisa dilakukan secara sederhana dengan melihat gejala serangan. Memastikan jenis serangan sangat penting untuk menentukan langkah pengendalian yang tepat.

Ada dua jenis penyakit layu yang biasa ditemui di lahan pertanian; layu karena jamur dan layu karena bakteri.

Misalnya, seperti kasus layu mendadak pada tomat, cabai, terong, melon, tanaman yang awalnya sehat dan normal tiba-tiba layu dan mengering. Penyakit layu tersebut bisa saja disebabkan oleh layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) atau layu jamur (Fusarium oxysporum).

Bakteri Pseudomonas solanacearum diketahui dapat menyerang lebih dari 200 jenis tanaman. Beberapa di antaranya adalah pisang, tembakau, kentang, tomat, terung, cabai, kacang-kacangan, tanaman hias dan berbagai jenis gulma juga dapat diserang.

Sedangkan jamur Fusarium oxysporum dapat menyerang lebih dari 150 jenis tanaman mulai dari sayur-sayuran, bawang, pisang, kentang, tomat, kubis, lobak, petai, sawi, temu-temuan, semangka, melon, pepaya, salak, krisan, anggrek, kacang panjang, cabai, ketimun, jambu biji, jahe dan banyak lagi.

Untuk melakukan pengendalian dari kedua jenis penyakit ini, perlu diketahui terlebih dahulu apa penyebabnya. Jika penyebabnya adalah jamur, maka obatnya adalah obat fusarium bukan obat bakteri, dan sama juga sebaliknya. Karena jika salah, akan menyebabkan obat terbuang percuma, penyakit tetap menyebar dan menghancurkan.

Namun gejala yang tampak karena kedua penyakit ini hampir sama, yaitu layu mendadak dimulai dari layu pada bagian atas daun, lama-kelamaan akan menjadi kecoklatan dan akhirnya mati. Keganasan penyakit ini lah yang membuat penyakit ini berbahaya. Maka dari itu pengendalian yang tepat sangat dibutuhkan agar tidak salah sasaran.

Berikut cara membedakan penyakit ini secara pasti:

Penyakit layu bakteri

Tanaman dicabut, akarnya dipotong. Jika penyakit disebabkan bakteri maka pada potongan terlihat berlendir dan berbau. Celupkan akar ke air dan tunggu sampai beberapa menit, jika terlihat seperti asap di dalam air, maka dapat dipastikan serangan layu dikarenakan bakteri. Serangan layu bakteri sangat cepat, bahkan bisa kurang dari tiga hari. Tanaman terlihat layu baik siang dan malam hari.

Penyakit layu karena jamur

Jika akar dipotong, tidak berlendir dan berbau. Sedangkan jika dicelupkan ke dalam air selama beberapa menit, tidak akan terlihat asap seperti pada serangan bakteri. Serangannya relatif lebih lama dibandingkan serangan bakteri, tanaman terlihat layu pada siang hari, namun sore hari segar kembali.

Jika sudah diketahui penyebab penyakit layu pada tanaman terjangkit, barulah dapat dilakukan pengendalian yang tepat.

Cara menangani layu karena jamur:

1. Gunakan varietas tahan. Misalnya untuk tomat, gunakan varietas yang tahan terhadap layu fusarium seperti Ohio MR 9 dan Walter.

2. Pemakaian fungisida. Walaupun sampai sekarang belum ada tercatat fungisida yang benar-benar ampuh untuk mengatasi fusarium, namun beberapa bentuk pencegahan bisa dilakukan. Seperti mencelupkan benih yang akan ke dalam larutan fungisida berbahan aktif binomil.

3. Mengendalikan nematoda di tanah. Luka di akar yang disebabkan nematoda adalah jalan masuknya fusarium ke akar. Dengan menekan jumlah nematoda, bisa menekan kemungkinan akar terinfeksi jamur.

4. Menggunakan trichoderma. Penggunaan agen hayati ini diketahui bisa mematikan jamur lain. Menabur fusarium di lahan sangat dianjurkan sebelum melakukan penanaman untuk mencegah perkembangbiakan jamur di tanah.

5. mencegah infeksi lahan. Alat yang digunakan di lahan yang terjangkit dapat direndam dulu dalam formalin 5% sebelum digunakan kembali. Dianjurkan pula menggunakan benih yang berasal dari buah yang tidak sakit.

Cara menangani layu karena bakteri:

1. Gunakan agen hayati seperti Pseudomonas fluerescens dan Bacillus subtilis. Agen hayati ini dikenal juga dapat memangsa bakteri penyakit.

2. Gunakan pupuk kandang yang telah difermentasi masak. Pupuk kandang yang belum masak bisa meningkatkan jumlah bakteri Pseudomonas solanacearum dengan meningkatkan suhu tanah akibat fermentasi yang belum selesai.

3. Gunakan pupuk urea secara bijaksana. Penggunaan urea yang berlebihan akan membuat tanaman mudah terserang bakteri ini.

4. Mencelupkan bibit dengan bakterisida berbahan aktif agrimycin, akan mencegah tanaman terjangkit penyakit.

5. Pengaturan irigasi yang baik. Jangan sampai lahan tergenang oleh air, karena bisa memudahkan bakteri berkembang biak.

Baik layu jamur maupun bakteri, jika diketahui bahwa lahan sudah terjangkit, segera cabut tanaman hingga ke akar-akarnya lalu bakar atau buang jauh dari lahan tanam. Disarankan pula untuk melakukan pergiliran tanaman yang bukan inang jamur/bakteri tersebut.

Selain itu juga disarankan untuk mengatur jarak tanam yang tidak terlalu dekat untuk menghindari penularan penyakit dari tanaman satu ke tanaman lainnya. Hindari pula perlakuan yang dapat melukai akar seperti membuat lubang untuk pengocoran, penyiangan gulma dengan cangkul dll. Sebaiknya perempelan juga menggunakan alat yang sudah disterilkan dengal NaOCl atau formalin terlebih dahulu.

Sumber : 8Villages