Blog •  21/07/2020

Menggembirakan, Hasil Panen Padi di Wates Tembus 10,2 Ton/Ha

Something went wrong. Please try again later...

Harianjogja.com, KULONPROGO—Di tengah pandemi Corona, Kelompok Tani Ngudi Makmur, Dusun Seworan, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Wates, menggelar panen raya padi, Jumat (17/7). Hasilnya, petani bisa memanen 10,2 ton gabah kering panen (GKP) per hektare (ha).

"Kami mengapresiasi Kelompok Tani Ngudi Makmur yang kembali bisa melaksanakan tanam padi varietas Ciherang dan Melati Menoreh yang hasilnya sangat baik. Berdasar hasil ubinan, hasil panen mencapai 10,2 ton GKP per hektare. Ini sangat bagus dan tentu mendukung ketahanan pangan di Kulonprogo," kata Bupati Kulonprogo, Sutedjo, seusai mengikuti panen raya padi di Seworan, Triharjo, Jumat.

Sutedjo mengatakan hasil panen ini menunjang produksi beras di Kulonprogo yang tiap panen selalu suplus. Adapun angka surplusnya mencapai lebih dari 35.000 ton beras per tahun. Capaian itu membuat Kulonorogo tidak pernah kekurangan stok beras. "Bahkan dengan capaian ini Kulonprogo bisa menyumbang ketahanan pangan nasional," ucapnya.

Apresiasi juga disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Arofa Noor Indriani. Hasil ubinan dari petani Seworan ini menurutnya telah melebihi standar rata-rata di Kulonprogo. "Keberhasilan ini bisa menyumbang kebutuhan beras di DIY," kata Arofa.

Dia mengatakan kebutuhan beras di DIY yang meliputi warga, wisatawan dan anak indekos sekitar 35.000 ton per bulan. Adapun total kebutuhan beras per tahun berkisar 600.000 ton. Dari jumlah itu, DIY setiap tahunnya surplus beras hingga 200.000 ton. Dengan begitu Arofa memastikan kebutuhan beras di DIY tercukupi.

Anggota Kelompok Tani Ngudi Makmur, Sarjono, mengatakan luas lahan pertanian yang dikelola kelompok taninya mencapai 24 hektare. Dari luasan itu yang digunakan untuk penanaman padi seluas 12 hektare. Dalam proses penanaman, petani menggunakan sistem jajar legawa yakni mengatur jarak antarbenih saat penanaman. Sistem itu dapat meningkatkan hasil panen padi dibanding dengan sistem tradisional.

Selama proses penanaman dan perawatan yang berlangsung sejak April 2020, banyak kendala yang dihadapi, salah satunya serangan hama wereng, keong, tikus serta burung. Namun hal itu tak memengaruhi hasil panen. "Alhamdulillah hasil panen tetap bagus," ucapnya.

Sumber Harianjogja