Blog •  23/08/2021

Petani Desa Sengi Magelang Bagikan Sayuran Gratis ke Warga

Something went wrong. Please try again later...
© TRIBUNJOGJA/ Nanda Sagita Ginting
© TRIBUNJOGJA/ Nanda Sagita Ginting

TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Erupsi Merapi berdampak merusakan bagi tanaman milik petani di Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, akibat guyuran hujan abu vulkanik beberapa waktu lalu.

Jenis tanaman yang rentan rusak yakni sayuran yang dimanfaatkan daunnya, misalnya selada, caisim, kubis, dan sawi.

Akibatnya, harga jual tanaman seperti sayuran di pasaran menjadi lebih murah.

Para petani pun memilih untuk membagikan hasil panennya secara gratis ke masyarakat.

Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Sengi, Wawan Hs menuturkan, rendahnya harga jual tanaman akibat terdampak abu Merapi membuat petani merugi.

Para petani memilih membagikan sayuran kepada masyarakat yang membutuhkan daripada terbuang.

“Bahkan, banyak petani memilih tidak memanen hasil pertaniannya karena biaya operasional memanen tidak menutupi biaya perawatan," jelas Wawan kepada Tribun Jogja, Jumat (20/8/2021).

Selain dibagikan, ke masyarakat petani pun berinisiatif akan membagikan sayuran kepada panti asuhan, pondok pesantren, hingga masyarakat yang sedang menjalani isolasi mandiri.

"Ya, selama ini sayuran baru dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan dalam artian per rumah tangga,” ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan menjelaskan, lahan pertanian yang paling terdampak hujan abu vulkanik dengan intensitas ringan hingga sedang, meliputi wilayah Kecamatan Dukun dan Sawangan.

"Hujan abu vulkanik yang terjadi pada 8 dan 16 Agustus 2021 berdampak pada sektor pertanian komoditas hortikultura dan perkebunan petani di sekitar lereng Gunung Merapi," tuturnya.

Adapun, untuk Kecamatan Dukun meliputi Desa Sengi, Krinjing, dan Paten. Kemudian Sawangan meliputi Desa Kapuhan, Ketep, dan Gantang. Di wilayah Kecamatan Dukun, lahan tembakau yang terdampak sekitar 149 hektare, lahan cabai 82 hektare dan bunga kol mencapai 63 hektare.

Sedangkan, di Kecamatan Sawangan, lahan tembakau yang terdampak mencapai 76 hektare, cabai 32 hektare, dan bunga kol 15 hektare.

"Terkena abu Merapi membuat kualitas tanaman menurun, maka praktis harga jual pun ikut turun. Oleh sebab itu, kami menyarankan petani agar segera membersihkan tanaman dengan mengibaskan daun agar abu hilang," ujar Romza.

Pihaknya juga menyarankan untuk menggoyangkan-goyangkan tanaman, maupun mencuci dan menyemprot tanaman untuk membersihkan abu. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya gagal panen dan kerugian yang lebih besar.

Kondisi Merapi

Aktivtias Merapi masih tergolong tinggi. Gunung yang berbatasan dengan Jawa Tengah dan DIY tersebut dalam sepekan terakhir, tepatnya sepanjang 13-19 Agustus 2021 teramati meluncurkan sebanyak 20 kali awan panas guguran.

Hasil amatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, menunjukkan bahwa guguran material vulkanik mengarah ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal sejauh 3.500 m.

Lebih jauh, gunung setinggi 2.968 mdpl tersebut juga melontarkan sebanyak 172 kali guguran lava. "Guguran lava mengarah ke barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter," terang Kepala BPPTK Yogyakarta, Hanik Humaida, Jumat (20/8/2021).

Imbas dari aktivitas vulaknik tersebut memunculkan fenomena hujan abu tipis yang mengguyur sejumlah wilayah. Hujan abu terjadi pada tanggal 16 Agustus antara lain di Kecamatan Dukun, Sawangan, Tegalrejo, Secang, Gowok, Mertoyudan, Selo, Mojotengah, Temang.

Sedangkan terkait hasil amatan meteorologi, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang hingga sore hari berkabut. "Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal, tekanan lemah dan tinggi 400 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo pada tanggal 18 Agustus 2021 pukul 07.00 WIB," rincinya.

Adapun untuk Jumat (20/8/2021), Merapi terpantau meluncurkan dua kali awan panas guguran dengan jarak luncur sekitar 2.000 meter. Guguran pertama terjadi pada pukul 7.20 WIB dan tercatat di seismogram dengan amplitudo 64 mm dan durasi 158 detik. Jarak luncur teramati sejauh 2.000 meter ke arah barat daya.

Yang kedua terjadi pukul 10.15 WIB serta tercatat di seismogram dengan amplitudo 45 mm dan durasi 128 detik. Estimasi jarak luncur sekitar 1.700 meter dan mengarah ke barat daya atau Kali Bebeng.

Melihat hasil amatan tersebut, lanjut Hanik, menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi. "Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga," terangnya.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara–barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro dan sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Sumber: TRIBUNNEWS