Blog •  21/02/2020

Sukses Tingkatkan Taraf Hidup Petani dengan Inovasi Fair Trade

Something went wrong. Please try again later...

Trubus.id -- Hanjar Lukito Jati sukses meningkatkan taraf hidup petani di Wonogiri, Kabupaten Jawa Tengah dengan melakukan inovasi fair trade atau pemberdayaan ekonomi yang dilakukannya kepada petani di Wonogiri, Jawa Tengah. Atas prestasinya tersebut, dirinya dianugrahkan penghargaan Trubus Kusala Swadaya 2019 yang digelar bertepatan dengan ulang tahun ke-50 majalah Trubus.

“Dengan adanya pemberdayaan (ekonomi) kami dari melalui 1 kilonya, 2 persenya dikembalikan lagi sama petani. Nah, yang terjadi lahannya jadi produktif. Jadi tidak hanya dalam artian hanya untuk dikelola padinya tapi yang lain-lain juga bisa”, katanya. 

Dikatakannya dengan melakukan fair trade tersebut, dirinya menilai justru makin memperkuat kembali pemberdayaan yang dilakukan bersama petani. 

Dampak lainnya petani dapat mengembangkan teknis irigasi yang makin bagus seiring diberlakukannya fair trade tersebut. Menurutnya dengan inovasi tersebut, kelompok tani yang tadinya tidak begitu diperhatikan, kini dapat semakin berkembang secara mandiri. 

“Jadi irigasinya yang awalnya selalu dibebankan membuat proposal dengan pemerintah dan lain-lain tapi tidak terelisasi tapi dengan adanya inovasi kembalikan keuntungan 2 persen malah justru meningkat dalam artian dari strategi irigasinya petanianya menjadi jauh lebih modern lagi dan mandiri”, ujarnya.

Sebagai Direktur Utama PT Pengayom Tani Sejagad, Hanjar mengatakan telah mendampingi  sekitar 2400 kelompok petani di seluruh wilayah Wonogiri. Sementara itu yang masuk dalam rekanannya ada 65 kelompok tani. 

“Kenapa 65 kelompok, karena kami harus re-organiasai dulu, administrasinya harus benar, terus ada beberapa adminsitrasi yang harus dipenuhi seperti akte pendirian kelompok”, katanya. 

Menurutnya, hal tersebut penting dilakukan karena sebagai rekanan pihaknya membuatkan buku tabungan agar mendapatkan pelatihan manajemen keuangan dari pihak bank dengan status yang jelas. 

Selain itu, dirinya juga mengatakan bahwa saat ini rekanan petaninya telah memiliki grade atau tingkatan yang membantu petani memiliki sertifikasi.

“Jadi ada petani konvensional, petani mau tahap organik, kemudian petani organik dalam negeri, kemudian petani organik luar negeri. Karena ini sertifikasinya berbeda semua ada tahapnya”, katanya. 

Menurutnya, sampai saat ini petani organik dengan grade internasional sudah mencapai 650 petani. Sedangkan untuk dalam negeri sekitar 2000 petani, sementara itu yang konvesial sekitar 4000 petani dan yang kelompok ada 65. 

Dikatakannya sertifikasi petani penting dilakukan untuk melakukan ekspor pertanian ke luar negeri. “Sertifiksi yang luar negeri cukup ketak”, katanya. 

Bahkan pada tahun 2019, pihaknya telah berhasil melakukan ekspor produk pertanian seperti beras merah organik, beras hitam lokal, beras putih manik wangi dan beras rojo lele. 

Dengan pendampingan yang dilakukan pihaknya kepada petani di wilayah Wonogiri, Hanjar telah berhasil meningkatkan taraf hidup petani dari yang awalnya tidak begitu diperhatikan menjadi petani mandiri dan maju. 

“Mereka (petani) kaget, karena diawal petani organik kami tidak nyangka. Masa beras kami dibeli kok masih dikasih lagi gitu”, kata Anjar yang menirukan respon dari petani binaannya.

Sumber: Trubus