Blog •  23/10/2020

Teknologi Panca Kelola Lahan Lipatgandakan Produksi Jagung Situbondo

Something went wrong. Please try again later...

JAKARTA, kabarbisnis.com: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian memberikan pendampingan teknologi kepada kelompok petani di Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo,Jawa Timur. Pendampingan ini telah berhasil melipatdandakan produktivitas tanaman jagung di lahan kering.

Kabid Program dan Evaluasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Popi Rejekiningrum mengatakan, penerapan teknik panca kelola lahan pada tanaman jagung mencakup pengelolaan air, pengelolaan hara, pengelolaan bahan organik,ameliorasi dan konservasi tanah, dan integrasi tanaman ternak. 

"Setelah kami lakukan identifikasi awal, ternyata input pupuk dan air di daerah ini terlalu banyak. Padahal, pupuk dan air bisa dihemat sesuai dengan kebutuhan tanaman,” ujar Popi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (17/8/2019) pada acara temu lapang panen jagung di Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Situbondo. 

Popi menjelaskan pihaknya melakukan riset untuk menguji potensi lahan dan mengetahui kebutuhan air serta pupuk terhadap tanaman jagung di lahan kering.Dengan efisiensi input hasil panennya bisa dua hingga tiga kali lipat dari biasanya. Produktivitas jagung pipilan kering sebelumnya 6 ton/ha, dengan penerapan paket teknologi “Panca Kelola Lahan” menjadi 12-16 ton/ha. 

“Kami ambil contoh tanah di lokasi, dan kami melakukan uji laboratorium untuk analisis fisika dan kimia tanah untuk mengetahui berapa kandungan unsur hara dan air tersedia, sehingga bisa disesuaikan dengan kebutuhan tanaman,” beber Popi. 

Berdasarkan identifikasi awal ternyata petani di Desa Kandang terlalu banyak menggunakan pupuk kimia khususnya urea sekitar 1 ton/ha dan terlalu banyak mengairi lahannya hampir setiap hari, hasilnya produktivitas jagung relatif rendah.Sedangkan modal tanamnya yang dibutuhkan petani tinggi. 

“Untuk meningkatkan produkvitas jagung agar panen maksimal, maka kebutuhan air itu harusnya diberikan hanya pada saat tanaman fase kritis (umur 2 minggu, menjelang berbunga, dan menjelang pengisian biji), irigasi cukup diberikan seminggu sekali tidak tiap hari. Sumber pengairan dari sumur bor sangat boros BBM jika diberikan irigasi setiap hari. Sedangkan pupuk jangan menggunakan pupuk kimia semua, cukup 30% dari cara petani, selebihnya menggunakan pupuk organik (pupuk kandang),” terang Popi.

Temu lapang panen jagung  ini dihadiri Suhartono (Asisten 3 Kabupaten Situbondo),  Farid Kuntadi (Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Situbondo), Abdul Majid, MP. (Wakil Dekan III Fakultas Pertanian Universitas Jember), Iptu Putu Pramana (Kapolsek Kapongan), Kapten Marwito (Danramil Kapongan), Chendy Tafakresnanto (Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Popi Rejekiningrum (Kabid Program dan Evaluasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian). 

Acara panen dihadiri oleh Penyuluh Pertanian Lapang, Ketua Kelompok Tani Teratai, petani di lahan Demfarm dan Superimpose, Tim Peneliti Blok Program lingkup Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan (BBSDLP), Tim Peneliti Blok Program BPTP Jawa Timur, dan Mahasiswa Universitas Jember yang melakukan penelitian di lokasi. 

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo Farid Kuntadi menjelaskan untuk mengubah pola pikir petani yang cenderung menggunakan pupuk kimia berlebihan sangat sulit. Padahal, pihaknya sudah berulang kali menyarankan agar para petani tidak berlebihan dalam memberikan pupuk kimia.  “Saya berharap, teknologi Panca Kelola Lahan untuk pengembangan pertanian tanaman jagung di lahan kering yang telah diimplementasikan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian bisa diterapkan oleh petani Situbondo,” harap Farid.

Dia mengemukakan kondisi lahan yang kering seperti halnya di Kabupaten Situbondo, perlu penambahan pupuk organik, bukan pupuk kimia. Apalagi, kelompok tani di desa ini, sudah mendapatkan bimtek dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, cara membuat pupuk organik dengan baik. “Kelompok tani yang ikut bimtek sudah dilatih bagaimana memproses bahan baku kotoran hewan menjadi pupuk organik yang baik,” katanya. 

Menurut Farid produktivitas jagung di Kabupaten Situbondo berkisar antara 5 sampai 6 ton per hektar.Apabila petani mau menerapkan teknologi dari Balai Besar, maka tidak menutup kemungkin produktivitas jagung akan meningkat hingga tiga kali lipat dari biasanya.“Di desa ini, sudah diterapkan teknologi dari Balai Besar untuk pertama kalinya. Hasilnya, produktivitas jagung bisa mencapai lebih dari 10 ton per hektar,” pungkas Farid.

Sumber: Kabar Bisnis