Blog •  16/08/2021

Tidak Selalu Kimiawi, Ini Beberapa Jenis Hama Tanaman Holtikultura dan Cara Pengendaliannya

Something went wrong. Please try again later...

Bangli, Balinesia.id – Pengendalian hama menjadi salah satu tantangan bagi petani, termasuk pada tanaman holtikultura atau tanaman perkebunan. Lalu, apa saja hama yang sering menyerang tanaman holtikultura dan bagaimana penanganannya?

Akademisi Fakultas Pertanian Unud, I Dewa Putu Singarsa, S.P., M.Si. menjelaskan sejumlah hama dan pengendilan tanaman holtikultura secara tepat. Menurut penjelasannya, hama tanaman holtikultura ternyata sangat beragam, mulai dari jenis serangga hingga mamalia. Pengendaliannya pun beragam, sesuai karakter masing-masing hama.

Singarsa menjelaskan bahwa istilah hama merujuk pada binatang yang penyebab kerusakan tanaman. Golongan binatang ini biasanya merupakan binatang herbivora. "Selama binatang itu mendatangkan kerugian maka itu disebut hama tanaman. Hama merupakan istilah yang antroposentris, atau berpusat pada kepentingan manusia," katanya.

Ia membagi setidaknya ada empat jenis hama tanaman holtikultura. Jenis-jenis itu seperti arthropoda atai binatang beruas, nematida atau jenis-jenis cacing, aves atau burung, dan mamalia atau hewan menyusui.

Dari kelompok arthropoda, ada hama yang berupa serangga (insekta) dan tungau (akarina), selanjutnya ada berbagai jenis cacing dan burung, serta yang termasuk mamalia adalah tikus (rodensia). Seluruh jenis hama itu memperlihatkan gejala kerusakan yang berbeda. Cara pengendaliannya pun juga berbeda-beda, sesuai dengan karakteristik masing-masing. "Secara umum ketahui dan telitilah gejala kerusakan, pada umumnya hama dapat meninggalkan bekas gigitan di tanaman," ucapnya.

Menurutnya, pemahaman atas gejala yang timbul dari kerusakan tanaman sangat berperan dalam penanggulangan hama tersebut. Diharapkan, petani jangan sampai salah cara melakukan pengendalian. “Dengan mengenali gejalanya, serta tahu cara mengendalikan hama, diharapkan pertumbuhan tanaman menjadi semakin optimal," kata Dewa Singarsa.

Ia mencontohkan, petani jeruk biasanya akan menjumpai hama kutu loncat jeruk dari spesies Diaphorina citri. Hama ini biasanya menyerang daun jeruk. Hama ini akan membuat tangkai daun mengkerut dan menggulung, sehingga membuat pertumbuhan jeruk terhambat.

"Cara pengendaliannya dapat dengan menggunakan musuh alami, sedangkan pengendalian secara kimiawi hanya dilakukan saat tanaman menjelang dan ketika bertunas," katanya.

Hama lainnya adalah kutu daun yang berasal dari spesies Toxoptera sp. Hama ini menyebabkan daun mengkerut dan keriting. "Petani bisa mengendalikannya dengan menggunakan mulsa jerami di pembibitan dan pemanfaatan musuh alami," katanya.

Hama yang rentan mengganggu buah-buahan adalah lalat spesies Batrocera dorsalis. Hama tersebut biasanya akan menyebabkan kerusakan pada buah, seperti buah berlubang dan menghitam. "Pengendalian bisa dengan cara memblongsong buah atau memasang perangkap," katanya.

Lebih jauh ia menjelaskan tentang jama pohon pisang. Pohon pisang dapat terserang hama golongan cacing, misalnya spesies Radopholus similis. Jenis cacing ini akan menyebabkan tanaman yang terserang mudah rebah. "Hama ini menyerang akar, sehingga apabila diamati akan terlihat perbedaan akar sehat dan akar terserang. Pengendalian dapat dilakukan dengan memperhatikan sanitasi dan pengolahan tanah," jelasnya.

Sementara itu, tanaman cabai biasanya akan terserang kutu daun spesies Myzus persicae yang menyebabkan daun keriting. Serangan hama ini dapat menghambat pertumbuhan cabai.  Adapun pengendaliannya dapat dilakukan dengan mengatur kelembapan, pergiliran tanaman, penanaman dengan mulsa atau penanganan secara fisik mekanik.

"Jenis Spodoptera litura akan memakan daun dan hanya menyisakan tulang daunnya saja, serangan berat bahkan bisa menyebabkan tanaman gundul. Pengendaliannya dengan penggiliran tanam dan pemanfaatan musuh alami," jelasnya.

Selanjutnya, ada hama dari spesiesTrips sp yang biasanya bawang merah. Hama ini akan menyebabkan permukaan daun tampak putih keperakan lalu daun mengering. "Pengendaliannya dengan mematikannya secara langsung atau dapat dengan rotasi tanaman. Pengendalian yang sama juga bisa dilakukan pada serangan hama Spodoptera exigua yang membuat daun terlihat transparan. Tinggal ditambah dengan sanitasi," katanya.

Lebih jauh, kerusakan pada buah juga bisa disebabkan oleh serangan tungau. Gejalanya bisa menyebabkan daun maupun buah mengering dan memperlihatkan corak kecoklat-coklatan. "Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan modifikasi lingkungan, monitoring, mengatur pola tanam, memanfaatkan musuh alami seperti predator Coccinelidae dan penyemprotan insektisida yang selektif.

Sumber: Balinesia