Blog •  27/02/2020

Wapres JK Dorong Penggunaan Benih Unggul Pacu Produksi Padi

Something went wrong. Please try again later...

Bisnis.com, JAKARTA –Untuk menyelesaikan masalah ketersediaan beras di Indonesia hanya dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi dari lahan eksisting.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan saat ini di Asia Tenggara, hanya Indonesia dan Filipina yang masih bermasalah dengan ketersediaan beras.

Bahkan jika dilihat di kawasan Asia sebagian besar wilayah dengan penduduk besar sudah tidak lagi bermasalah dengan penyediaan beras bagi masyarakatnya.

“Di Asia Tenggara setidaknya tinggal dua negara yang beras masih jadi masalah dari sisi produksi. Indonesia dan Filipina. Yang lain sudah tak jadi soal lagi, [bahkan] sampai India dan Pakistan,” kata Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden Jakarta, Selasa (19/3/2019).

 Jusuf Kalla (JK) menyebutkan saat ini upaya yang paing memungkinkan untuk menyelesaikan masalah ketersediaan beras di Indonesia adalah meningkatkan produksi dari sawah eksisting.

“Tak mungkin kita terus perluas sawah. Kalau Perluasan sawah butuh pengairan, pengairan butuh hutan. Kalau [membuka] hutan seperti sekarang ini [sering terjadi bencana banjir dan longsor], tak bisa dan berbahaya,” katanya.

 JK menyebutkan saat ini luas sawah di Indonesia diperkirakan mencapai 11 juta hektare. Dengan peningkatan sebesar 20% maka produksi dapat ditingkatkan menjadi 70 juta ton.

“[Kalau produksi sampai 70 juta ton] itu langsung kita bisa mengekspor. Kalau lima ton [per hektare seperti sekarang produksinya] masih kurang,” katanya.

Salah satu upaya peningkatan produksi adalah dengan penggunaan bibit unggul. Menurut JK, perusahaan agrikultur terbesar dunia Corteva telah mengajukan diri untuk menyediakan benih bibit hibrida di tanah air.

Dalam pertemuan dengan pimpinan perusahaan agrikultur terbesar dunia, Corteva, disebutkan perusahaan yang menginduk di New York Stock Exchange (NYSE) itu menawarkan produksi bibir hibrida bagi petani Indonesia. Mereka menjanjikan memproduksi bibit unggul di dalam negeri.

“Mereka [menjanjikan] sanggup membikin [bibit hibrida di] dalam negeri agar membiasakan petani. Dalam dua tahun kita harus bisa buat dalam negeri. Itu solusi yang patut kita pertimbangkan,” katanya.

Butuh 20.000 ton

Benny Sugiharto, Managing Director Corteva  Agriscience Indonesia menuturkan untuk tahap awal pihaknya membutuhkan 20.000 ton benih hibrida untuk memenuhi kebutuhan bibit 15% sawah di Indonesia.

Untuk tahap awal jika pemerintah mengizinkan, bibit padi hibrida ini akan didatangkan dari India.

“Kami punya RnD di Malang. Untuk benih sendiri kita butuh 20.000 ton,” katanya. 

Sumber: Bisnis