Blog •  17/03/2021

Cara Budidaya Bawang Merah, Yuk Simak Tipsnya

Something went wrong. Please try again later...
© Foto: Okezone.com
© Foto: Okezone.com

JAKARTA – Cara budidaya bawang merah menjadi salah satu alternatif untuk bercocok tanam. Khususnya bagi mereka yang tinggal di wilayah dataran rendah, bawang merah cocok untuk tumbuh di sana.

Secara umum, tanaman bawang merah cocok tumbuh di dataran rendah sampai tinggi di kisaran 0–1000 meter di atas permukaan laut (MDPL). Ketinggian optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0 sampai 450 mdpl.

Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari maksimal di mana minimal 70% penyinaran dan suhu udara 25 hingga 32 derajat celcius, dan kelembaban nisbi 50 hingga 70%.

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur sedang sampai liat, drainase dan aerasi yang baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan pH tanah netral. Artinya tanag yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol.

Tanah lembab dengan air yang tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah. Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup, yaitu pada bulan April atau Mei setelah padi dan pada bulan Juli atau Agustus.

Dikutip dari website Kementerian Pertanian, Rabu (3/3/2021). Berikut tata cara untuk melakukan budi daya tanaman bawang merah:

1. Benih

Varietas yang dianjurkan adalah Kuning, Kramat–1 dan Kramat–2. Pada umumnya bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit.

Kebutuhan umbi benih berkisar antara 800 hingga 1500 kilogram per hektar. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah.

Umbi untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah cukup tua umurnya, yaitu sekitar 60 hingga 90 hari setelah tanam tergantung varietas. Umbi sebaiknya berukuran sedang 5 sampai 10 gram. Penampilan umbi bibit segar dan sehat, bernas padat, tidak keriput dan warnanya cerah tidak kusam.

Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah disimpan 2 sampai 4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan pengasapan.

2. Persiapan Lahan

Pada lahan kering, tanah dibajak atau dicangkul sedalam 20 sampai 30 cm, kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1 hingga 1,2 m, tinggi 25 cm, sedangkan panjangnya tergantung pada kondisi lahan.

Pada lahan bekas padi sawah atau bekas tebu, tanah dibuat bedengan-bedengan terlebih dahulu dengan lebar 1,75 meter (m) dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan dengan kedalaman parit 50 hingga 60 centimeter (cm) dan lebar parit 40 sampai 50 cm. Kondisi bedengan mengikuti arah Timur-Barat. Tanah yang telah diolah dibiarkan sampai kering dan kemudian diolah lagi 2 hingga 3 kali sampai gembur sebelum dilakukan perbaikan bedengan-bedengan dengan rapi.

Waktu yang diperlukan mulai dari pembuatan parit, pencangkulan tanah ungkap 1, ungkap 2, cocrok sampai tanah menjadi gembur dan siap untuk ditanami adalah 3 hingga 4 minggu. Sisa tanaman padi atau tebu yang tertinggal, dapat menjadi media tumbuh Fusarium sp, sehingga harus dibersihkan.

Saat pengolahan tanah, khususnya pada lahan dengan pH kurang dari 5,6 disarankan pemberian Kaptan atau Dolomit minimal 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1 hingga 1,5 ton per hektare (ha) per tahun yang dianggap cukup untuk dua musim tanam berikutnya.

Kaptan atau Dolomit disebar pada permukaan tanah dan kemudian diaduk rata. Pemberian Dolomit penting dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) terutama pada lahan masam atau lahan yang diusahakan secara intensif untuk tanaman sayuran. Untuk lahan yang dikelola intensif, pemberian Dolomit sebanyak 1,5 ton per ha dapat meningkatkan bobot basah dan bobot kering bawang merah.

3. Penanaman dan Pemupukan

a. Penanaman bawang merah di lahan kering

Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk kandang sapi atau sekira 15 hingga 20 ton per ha.

Atau bisa juga dengan kotoran ayam sekitar 5 hingga 6 ton per ha atau kompos sekitar 2,5 sampai 5 ton per ha dan pupuk buatan TSP sekitar 120 hingga 200 kg per ha. Pupuk dasar diberikan dengan cara disebar serta diaduk rata dengan tanah 1 hingga 3 hari sebelum tanam.

Sedangkan pupuk susulan berupa Urea sekitar 150-200 kg ha, ZA sekitar 300 sampai 500 kg per ha dan KCl sekitar 150-200 kg per ha. Pemupukan susulan I dilakukan pada umur 10 sampai 15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing setengah dosis.

Kemudian bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap ditanam (lpertumbuhan tunas dalam umbi 80%. Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.

b. Penanaman bawang merah di lahan sawah

Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk buatan TSP sekitar 90 kg P2O5 per ha disebar serta diaduk rata dengan tanah satu sampai tiga hari sebelum tanam.

Pupuk susulan berupa 180 kg N per ha atau sekitar setengah N Urea ditambah setengah N ZA dan K2O yang sekitar 50 sampai 100 kg per ha. Pemupukan susulan I dilakukan pada umur 10 sampai 15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing setengah dosis.

Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah siap benar ditanam. Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.

4. Pemeliharaan

Meskipun tanaman bawang merah tidak menyukai banyak hujan, tanaman ini memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya yang bisa dilakukan dengan penyiraman. Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari.

Sementara itu, di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujan hanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, dari tanah yang menempel pada daun bawang merah.

Pada bawang merah periode kritis karena kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi, sehingga dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi masalah ini perlu pengaturan ketinggian muka air tanah atau khusus pada lahan bekas sawah dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah.

Pertumbuhan gulma pada pertanaman bawang merah yang masih muda sampai umur 2 minggu sangat cepat. Oleh karena itu penyiangan merupakan suatu keharusan dan sangat efektif untuk mengurangi kompetisi dengan gulma.

5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Tiga belas jenis hama dan penyakit yang diketahui menyerang tanaman bawang merah, di antaranya adalah Liriomyza chinensis, Thrips tabaci, Alternaria porii, Fusarium sp., antraknos dan lain-lain. Kehilangan hasil karena serangan OPT sekitar 26 hingga 32%.

Pengendalian dengan menggunakan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) seperti pengendalian secara kultur teknis, antara lain pemupukan berimbang, penggunaan varietas tahan OPT, dan penggunaan musuh alami atau parasitoid, predator dan patogen serangga. Kemudian pengendalian secara mekanik, yaitu dengan pembutitan atau pemotongan daun yang sakit atau terdapat kelompok telur Spodoptera exigua, dan penggunaan jaring kelambu, penggunaan berbagai jenis perangkap atau feromon seks, perangkap kuning, perangkap lampu dan lain-lain.

Kemudian penggunaan bio–pestisida. Lalu ada juga penggunaan pestisida selektif berdasarkan ambang pengendalian, dengan memperhatikan pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

6. Panen dan Pascapanen

Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 60 hingga 70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda berupa leher batang 60% lunak, tanaman rebah dan daun menguning.

Produksi umbi kering mencapai 6 hingga 25 ton per ha. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang.

Bawang merah yang telah dipanen kemudian diikat pada batangnya untuk mempermudah penanganan. Selanjutnya umbi dijemur sampai cukup kering sekitar 1 hingga 2 minggu di bawah sinar matahari langsung, diikuti dengan pengelompokan menurut kualitas umbi.

Pengeringan juga dapat dilakukan dengan alat pengering khusus sampai mencapai kadar air kurang lebih 80%. Jika tidak langsung dijual, umbi disimpan dengan cara menggantungkan ikatan bawang merah di gudang khusus, pada suhu 25 sampai 30 derajat celcius dan kelembaban rendah atau kurang lebih 60-80%

Sumber: Okezone