Blog •  28/09/2020

Mengapa Pucuk Daun Padi Menguning Saat Masa 'Bunting'?

Something went wrong. Please try again later...

SariAgri -  Setiap makhluk hidup ketika menjelang masa-masa reproduksi atau masa generatif pada umumnya membutuhkan nutrisi cukup banyak untuk proses pembentukan organ reproduksinya. Kebutuhan nutrisi tersebut bisa 2 sampai 3 kali lipat dari biasanya.

Begitupula dengan tanaman padi, menjelang panen atau "membunting" padi, juga membutuhkan banyak nutrisi. Sehingga ada beberapa gejala, seperti menguning dan lain sebagainya.

Sudarmin Husain Kobo, pendiri kelompok tani Sarana pertanian Parepare, Sulawesi Selatan, menjelaskan menjelang panen atau tanaman padi beranjak generatif, gejala ini muncul sebagai tanda tanaman ini butuh banyak nutrisi, untuk itu petani terutama petani pemula wajib mengantisipasinya.

"Sebagai contoh wanita yang sedang hamil akan sering merasa linu pada tulang, sakit gigi dan hal-hal lain yg dianggap abnormal menyangkut tulang dan rangka. Hal ini diakibatkan wanita tersebut kekurangan calsium/Ca, maka itu sekarang banyak diciptakan dan diproduksi susu untuk ibu hamil dengan kandungan calsium yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan Ca ibu hamil,"jelasnya.

Sudarmin mengingatkan adapun gejala-gejala tanaman padi jelang masa reproduksi atau masa generatif, diantaranya:

1. Pucuk daun menjadi kuning meski pada akhirnya akan kembali pulih dan normal setelah melewati masa reproduksi.

2. Tanda menguning paling banyak pada daun paling bawah atau paling tua.

Secara umum menjelang masa reproduksi atau masa generatif, tanaman sangat membutuhkan nutrisi yang bahkan bisa 2-3 kali lipat dari kebutuhan biasanya. Karena untuk pembentukan organ generatif membutuhkan energi 2 sampai 3 kali lipat dibandingkan dengan pembentukan organ-organ vegetatif.

"Kekurangan nutrisi di saat Tanaman memasuki masa generatif akan menyebabkan gejala-gejala seperti itu," imbuh Sudarmin kepada SariAgri.

Pucuk daun padi Menguning saat "bunting tua" menandakan tanaman sangat kekurangan unsur Calsium (Ca). Hampir semua cadangan hara calsium dialokasinya untuk pembentukan organ generatif dalam hal ini bunga dan buah.

Penyebab lain adalah kebiasaan petani yang terlalu berlebihan dalam pemupukan posphat menjelang masa generatif. Ketersediaan posphat yang berlebihan akan bertolak belakang pada ketersediaan dan serapan Calsium. Karena Ca akan banyak terikat oleh posphat, sehingga tidak dapat dimanfaatkan tanaman.

Agar gejala menguning tidak terjadi, Sudarmin menyarankan untuk melakukan pemupukan yang berimbang. Pemupukan berimbang harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah setempat. Intinya, tanaman padi memerlukan zat hara dalam jumlah banyak diantaranya N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalsium) dan Sulfur (S) sebagai unsur hara makro dan unsur hara sekunder seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) serta unsur Zn (Seng) dan (Cu) tembaga dan besi (Fe).

Apabila tanah subur, dimana kadar Posphat dan Kaliumnya cukup tinggi, maka sebenarnya cukup diberi pupuk nitrogen (N) pemberian pupuk P dan K sedikit saja, untuk mengganti hara P dan K yang diangkut pada waktu panen, yaitu 50 Kg SP-36 dan 50 kg KCI per ha. Namun sebaiknya bila kondisi tanahnya kekurangan posphat dan kalium maka harus dipupuk lengkap NPK sesuai dosis anjuran.

"Jika pemberian pupuk P dan K tersebut berlebihan, maka sisanya tidak terpakai sebagian hilang bersama air irigasi atau air hujan dan ini merupakan pemborosan," tutupnya.

Sumber: SariAgri