Blog •  17/02/2021

Sekitar 200 Hektar Jagung di Kecamatan Jereweh Gagal Panen

Something went wrong. Please try again later...
© Suara NTB/ist/Sujanto
© Suara NTB/ist/Sujanto

Taliwang (Suara NTB) – Sedikitnya 200 hektar lahan jagung di Kecamatan Jereweh dinyatakan gagal panen di musim tanam pertama dengan usia tanam 50-60 hari dan siap panen. Bencana banjir di wilayah setempat belum lama ini menjadi faktor utama sehingga ratusan hektar lahan tersebut rusak parah.

“Memang dari luas tanam jagung di Jereweh sebanyak 872 hektar yang sudah terdata mengalami kerusakan dan gagal panen baru 200 hektar,” ungkap Sujanto PPL Kecamatan Jereweh kepada Suara NTB, Senin, 15 Februari 2021. Jumlah tersebut diprediksi terus bertambah karena pendataan terus dilakukan.

Musibah banjir yang menerjang perkebunan jagung terjadi karena curah hujan sangat tinggi. Sehingga air gunung langsung merendam lahan jagung dengan usia berkisar di antara 50-60 hari bahkan ada yang siap panen. Akibatnya kini para petani jagung harus menanggung rugi hingga puluhan juta tergantung luas lahan yang dimiliki. Persoalan gagal panen diakuinya baru tahun ini terjadi di Jereweh, sebab baru kali ini intensitas hujan yang cukup tinggi terjadi di Jereweh. Apalagi proses pendataan masih terus dilakukan saat ini sehingga kemungkinan luas lahan yang rusak juga akan terus bertambah. “Baru tahun ini ada kejadian lahan jagung yang terendam biasanya petani tidak bisa tanam jagung karena kemarau,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Distan) melalui Kabid Tanaman Pangan, Syaiful Ulum SP, mengaku masih belum mendapatkan laporan secara resmi. Kendati sebelumnya PPL sudah memberitahukan terjadinya banjir di kecamatan Jereweh yang merusak ratusan hektar tersebut. Jika ada laporan pasti akan ditindak lanjuti sesuai dengan keinginan masyarakat. Bantuan benih juga akan disiapkan bagi para petani yang mengalami gagal panen sehingga tidak terlalu merugi. Sementara terkait pembayaran pinjaman di Bank pihaknya tetap akan mencari jalan keluar terbaik agar tidak terlalu memberatkan petani salah satunya dengan asuransi. “Laporannya belum masuk, tetapi jika memang ada kejadian tersebut tetap akan kita tangani secara maksimal. Sehinggga para petani tidak terlalu merugi lantaran bencana gagal panen tersebut,” pungkasnya. 

Sumber: Suara NTB